Raja Harun Al-Rasyid,
seorang dari keturunan Bani Abbasiyah, memiliki seorang budak perempuan yang
berparas buruk, berkulit hitam, dan tidak enak dipandang mata. Pada suatu hari,
Raja menaburkan uang untuk semua budaknya. Para budak saling berebut dan
berlomba untuk mendapatkan uang tersebut kecuali seorang budak perempuan hitam
yang buruk rupa itu. Ia tetap diam dan hanya memandang wajah Baginda.
Raja merasa amat
kehairanan dan bertanya, Mengapa kau diam saja? Ikutlah bersama teman-temanmu
memperebutkan uang. Budak itu menjawab, Wahai Baginda khalifah, jika semua budak
berlomba untuk mendapatkan uang taburan Baginda, maka yang hamba impikan
berbeda dengan mereka. Yang hamba angankan bukan uang taburan itu tapi yang
hamba inginkan adalah sang pemilik uang taburan itu.
Mendengar jawaban
budak itu, Raja Harun tercengang dan merasa takjub. Karena rasa kagumnya, ia jadikan
budak itu sebagai permaisurinya. Berita perkawinan seorang raja dengan budaknya
tersebar kepada para pejabat lainnya. Mereka semua mencemooh Raja Harun dan
mencela Raja yang mempersunting seorang budak hitam. Raja mendengar semua
cemoohan ini, ia lalu mengumpulkan semua pejabat itu dan menegur mereka.
Kemudian Raja
memerintahkan untuk mengumpulkan semua budak di negerinya. Ketika semua budak telah
berkumpul di hadapan Raja, Raja memberikan kepada masing-masing budak segelas
berlian untuk dihancurkan. Namun, semua budak menolak pemberian itu. Kecuali si
budak hitam yang buruk rupa itu. Tanpa ragu, gelas itu diterima dan ia
pecahkan. Menyaksikan hal ini, para pejabat itu berkata, Lihatlah budak hitam yang
berperilaku sangat menjijikan ini!
Raja lalu menoleh ke
arah budak hitamnya dan bertanya, Mengapa kau hancurkan gelas itu? Budak hitam
menjawab, Aku lakukan hal ini karena perintahmu. Menurut pendapat hamba, jika
gelas ini aku pecahkan, berarti aku telah mengurangi perbendaharaan Khalifah. Tapi
jika hamba tidak lakukan perintah Tuan, berarti aku telah melanggar titah
Khalifah. Bila gelas ini hamba hancurkan, hamba pastilah seorang yang gila.
Namun bila gelas ini tidak hamba pecahkan, berarti hamba telah melanggar
perintah Khalifah.
Bagiku, pilihan yang
pertama lebih mulia daripada yang kedua. Mendengar jawaban yang singkat itu, semua
pejabat yang hadir di tempat itu tercengang dan mengakui kecerdasan budak hitam
itu. Akhirnya mereka menaruh hormat kepadanya dan memahami mengapa sang
Khalifah jatuh hati kepadanya.
0 Response to "Kisah Raja dan Budak Hitam"
Posting Komentar